Senin, 30 Desember 2013

Memasak ala Desainer

           Tentu tak ada hubungan yang nyata antara keduanya, memasak erat dengan chef dan masakan sementara desainer intim dengan desainnya. Saya hanya mencoba belajar dari ketenaran profesi “chef” yang akhir-akhir ini menanjak. Siapa yang tidak tahu chef, tiap pagi menghiasi tivi dengan wajah rupawan mempertontonkan kreasi.  Chef-chef terkenal hadir silih berganti dan masyarakatpun percaya dan menikmati. Kini chef dipandang sebagai pekerjaan yang keren dan juga trendi. Tak lagi dipandang sekedar juru masak, atau simbol laki-laki melambai seperti dulu, laki-laki yang menjadi chef adalah “keseksian” masa kini. Bukan menjadi satu hal yang tabu lagi laki-laki jago di dapur. Masyarakat menaikkan harkat “Chef” sebagai seorang yang ahli dalam memasak, kenal seluk beluk masakan plus pribadi yang perhatian, penuh kesabaran dan penyayang.

          Merunut peristiwa naiknya pamor “chef”, ada satu event besar yang mendongkraknya. Master Chef Indonesia, talent show yang tayang di RCTI sekitar pertengahan 2011 dimana pesertanya orang awam yang ditantang mengolah masakan.Talent show ini mempertontonkan seluruh proses memasak, mulai memilah dan memilih bahan, mengolah, memasak sampai menyajikan dengan estetik hingga nantinya dipresentasikan ke hadapan juri. Jurinya 3 orang chef terkenal di Indonesia, Chef Master Juno, Marinka dan Vindex. Mereka yang mencicipi, mengamati dan menilai hasil olahan peserta. Baik dari segi rasa maupun tampilan tak luput dari pengamatan mereka. Yang terbaik adalah siapa yang mampu menghasilkan masakan nikmat nan cantik dilihat.

         Selepas adanya talent show ini, masyarakat mulai paham ilmu memasak, bahwa seorang chef bukan hanya tukang masak, tapi memang ahlinya. Masyarakat jadi tahu, turut belajar, bagaimana memilih bahan yang bermutu, mengolah masakan dengan baik. Tak hanya itu, disajikan pula dengan tatanan sedemikian rupa sehingga cantik dilihat, dan membangkitkan selera makan. Dengan itu semua, masyarakat mampu merekam proses memasak yang indah. Dan yang terpenting masyarakat menjadi lebh menghargai proses memasak, bahwa memasak ada jurus dan ilmunya. Semua orang bisa memasak, namun proses memilih bahan dengan benar, mengolah dengan sehat, menghasilkan citarasa yang nikmat, tersaji dengan cantik lahir dari seorang chef yang ahli. Secara tidak langsung, semua proses tersebut merupakan edukasi terhadap masyarakat, bagaimana prose kerja seorang chef. Klimaksnya, meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap profesi chef, penilaian dan penghargaan masyarakat terhadap chef meningkat.

"Desainer harus mampu belajar dari pertunjukan para chef tersebut, mengedukasi masyarakat dengan mempertontonkan  proses mendesain." 

          Desainer harus mampu belajar dari pertunjukan para chef tersebut, mengedukasi masyarakat dengan mempertontonkan  proses mendesain, mulai riset, penjaringan ide, mengolah berbagai lay out hingga wujud hasil akhir desain harus terpresentasikan dengan apik. Desainer harus menunjukkan tahapan dalam mendesain dengan indah, bahwa desain tak semata corel atau photoshop (program grafis), bahwa desain bukan tukang setting yang ditunjuk kiri-kanan oleh klien, dan yang terpenting bahwa desain perlu ahli untuk “memasaknya” yaitu desainer.  Dengan demikian masyarakat akan lebih menghargai, mampu membedakan desainer dengan tukang setting. Hal ini berujung meningkatnya apresiasi kepada desainer, dan yang berujung meningkat pula penghargaan terhadap desainer. “Desainer” diakui sebagai satu profesi yang berperan penting, sama pentingnya dengan dokter, insinyur atau pegawai pajak. 


Semoga ke depan desainer lebih dihargai, mari berjuang bersama.

 Salam hangat berkhasiat!

*re-blog dari blog lama omnicreativora.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar